ASKEP CA COLON
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor usus
halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relative umum.
Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum
sekarang adalah tipe paling
umum kedua dri kanker internal
di Amerika serikat. Ini
adalah penyakit budaya barat.
Diperkirakan bahwa 150.000
kasus baru kanker kolorektal di
diagnosis di negara ini setiap
tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua
kali lebih besar dibanding kan kanker rektal.
Insidensnya
meningkat sesuai dengan usia
(kebanyakan pada pasien yang
berusia lebih dari 55
tahun) dan makin tinggi pada
individu dengan riwayat
keluarga mengalami kanker kolon,
penyakit usus inflamasi kronis
atau polip. Perubahan pada
persentase distribusi telah
terjadi pada tahun terakhir.
Insidens kanker pada sigmoid
dan area rektal telah menurun,
sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih
dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya,
kira- kira setengah dari jumlah
tersebut meninggal setiap tahunnya,
meskipun sekitar tiga dari
empat pasien dapat diselamatkan
dengan diagnosis dini dan
tindakan segera. Angka kelangsungan
hidup di bawah lima
tahun adalah 40% sampai
50%, terutama karena terlambat
dalam diagnosis dan adanya
metastase. Kebanyakan orang asimtomatis
dalam jangka waktu lama dan
mencari bantuan kesehatan hanya
bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi
atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata
dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui,
tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termasuk riwayat penyakit atau
riwayat kanker kolon atau polip
dalam keluarga, riwayat usus inflamasi kronis dan
diet tinggi lemak, rotein dan daging serta rendah serat.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa dan
bagaimana pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium,
pathway, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien
dengan Ca KOlon.
C. TUJUAN
Mahasiswa
mampu untuk memahami
pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium,
pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada
klien dengan Ca Kolon.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Tumor
adalah suatu benjolan
atau struktur yang menempati
area tertentu pada tubuh,
dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat
jinak atau ganas (FKUI, 2008 : 268).
Kanker
adalah sebuah penyakit yang
ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan
sel-sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi)
atau dengan migrasi sel
ke tempat yang jauh (metastasis).
Pertumbuhan yang tidak teratur
ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital
yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 :
177).
Kanker
kolon adalah suatu bentuk
keganasan dari masa abnormal/neoplasma
yang muncul dari jaringan
epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72).
Kanker
kolon/usus besar adalah
tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan
sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada
kolon dan menginvasi jaringan
sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari
beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kanker kolon adalah
suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas
dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Usus
besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus
antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air
dari feses. Usus besar terdiri dari :
a) Kolon
asendens (kanan)
b) Kolon
transversum
c) Kolon
desendens (kiri)
d) Kolon
sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting
untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi
iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah
diare.
Usus
buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus,
"buta") dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung
pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.
Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
Rektum (Bahasa
Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya
dinding rektum karena penumpukan material di dalam rectum akan memicu sistem
saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih
muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB.
Anus merupakan
lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang
dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.
C. ETIOLOGI
Terdapat beberapa etiologi
utama kanker yaitu:
1. Diet
: kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat
(sayur-sayuran, buah-buahan), kebiasaan
makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan
kolon
a. Adenoma
di kolon : degenerasi
maligna menjadi adenokarsinoma.
b. Familial
poliposis : polip di
usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma
c. Kondisi
ulserative : Penderita colitis ulserativa
menahun mempunyai risiko terkena karsinoma kolon.
3. Genetik
: Anak yang berasal dari
orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 ½
kali lebih banyak daripada anak – anak yang orangtuanya sehat
(FKUI, 2001 : 207).
4. Radiasi
dan paparan zat kimia dan senyawa lain yang berpotensi menimbulkan reaksi
karsinogenik.
D. PATOFISIOLOGI
Kanker kolon
dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus)
dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup
sertamerusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel
kanker dapatterlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain
(paling sering ke hati).
Tumor yang
berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas ke
sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada
bagian rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering
terdapat pada sekum dan kolon asendens. Secara histologis, hampir semua kanker
usus besar adalah adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar ) dan dapat
mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda – beda. Tumor dapat menyebar:
a) secara
infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih
b) melalui
pembuluh limfe ke kelenjar perikolon dan Mesokolon
c) melalui
aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal.
Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat
reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke kelenjar
limfe.
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker
kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI,
2001 : 209) :
a. A
: kanker hanya terbatas pada
mukosa dan belum ada metastasis.
b. B1
: kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
c. B2
: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
d. C1
: kanker telah mengadakan metastasis
ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat
buah.
e. C2
: kanker telah mengadakan metastasis
ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
f.
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut
dan penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala sangat
ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat
kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.
Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga
mencakup anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat
badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan
adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang
sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan
obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi)
serta adanya datah merah segar dalam feses.
Gejala yang
dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah
defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah.
a) Colon
Asendens : nyeri, adanya massa, perubahan peristaltik usus, anemia
b) Colon
Transversum : nyeri, obstruksi, perubahan pergerakan usus dan anemia.
c) Colon
Desendens : nyeri, perubahan pergerakan usus, terdapat darah merah terang pada
feses, obstruksi.
d) Rectum
: terdapat darah di dalam feses, perubahan peristaltik usus, ketidaknyamanan
rectal.
G. PERTIMBANGAN GERONTOLOGI
Insidens
karsinoma kolon dan rektum meningkat sesuai usia. Kanker ini biasanya ganas
pada lansia kecuali untuk kanker prostatik pada pria. Gejala sering tersembunyi.
Keletihan hampir selalu ada, akibat anemia defisiensi besi primer. Gejala yang
sering dilaporkan oleh lansia adalah nyeri abdomen, obstruksi, tenesmus dan
perdarahan rektal. Kanker kolon pada lansia berhubungan erat dengan karsinogen
diet. Kekurangan serat adalah faktor penyebab utama karena hal ini menyebabkan
pasase feses melalui saluran usus menjadi lama, sehingga terpajan karsinogen
cukup lama. Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah
steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
H.
STADIUM KLINIS
Stadium pada karsinoma kolon yang
ditemukan dengan system TMN (Tambayong, 2000 : 143).
TIS
: Carcinoma in situ
T1
: Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2
: Sudah mengenai otot dinding
T3
: Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4
: Sama dengan T3 dengan fistula
N
: Limfonodus terkena
M
: Ada metastasis
I.
KOMPLIKASI
Pertumbuhan
tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan
ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan
hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
J.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Endoskopi
: pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik
sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
b) Radiologis
: Pemeriksan radiologis yang
dapat dilakukan antara lain adalah
foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto
dada dilakukan untuk melihat
apakah ada metastasis kanker ke
paru.
c) Ultrasonografi (USG)
: Sulit dilakukan untuk
memeriksa kanker pada kolon,
tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis
kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
d) Histopatologi : Biopsy
digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar
histopatologis karsinoma kolon adalah
adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
e) Laboratorium : Pemeriksaan
Hb penting untuk memeriksa
kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila
sudah pasti karsinoma kolon,
maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Pembedahan (Operasi)
Operasi
adalah penangan yang paling
efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui
lebih awal dan masih belum
metastatis, tetapi tidak menjamin semua
sel kanker telah terbuang. Oleh sebab
itu dokter bedah biasanya juga
menghilangkan sebagian besar jaringan
sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi
radiasi memakai sinar gelombang
partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau
sinar gamma, difokuskan untuk merusak
daerah yang ditumbuhi tumor,
merusak genetic, sehingga membunuh kanker.
Terapi radiasi merusak sel-sel
yang pembelahan dirinya cepat,
antara alin sel kanker, sel kulit, sel
dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel
tubuh menyebabkan lemas,
perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. kemotherapy
Chemotherapy
memakai obat antikanker yang
kuat, dapat masuk ke dalam
sirkulasi darah, sehingga
sangat bagus untuk kanker yang
telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada
kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih
dari satu macam obat, karena digabungkan
akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211).
BAB III
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian
adalah langkah awal dan dasar
dalam proses keperawatan
secara menyeluruh
(Boedihartono,
1994 : 10). Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000)
riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
Ć¼ Kelemahan, kelelahan/keletihan
Ć¼ Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat
malam hari.
Ć¼ Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen
lingkungan, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi:
Gejala:
Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3. Integritas ego:
Gejala:
Ć¼ Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan
cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan
religius/spiritual)
Ć¼ Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi
cacat, pembedahan)
Ć¼ Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa,
tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Gejala:
Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
Ć¼ Perubahan bising usus, distensi abdomen
Ć¼ TEraba massa pada
abdomen kuadran kanan bawah
5. Makanan/cairan:
Gejala:
Ć¼ Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak,
pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
Ć¼ Anoreksia, mual, muntah
Ć¼ Intoleransi makanan
Tanda:
Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses
penyakit
7. Keamanan:
Gejala:
Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8. Interaksi sosial
Gejala:
Ć¼ Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
Ć¼ Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan
perubahan status kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
Ć¼ Riwayat kanker dalam keluarga
Ć¼ Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
Ć¼ Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
Ć¼ Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
B. Prioritas Masalah Keperawatan
1. Dukungan
proses adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan
kenyamanan
3. Mempertahankan
fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah
komplikasi
5. Memberikan
informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang berikut :
1. Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
2. Diare b/d
inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus
sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai
dengan:
a. Peningkatan
bunyi usus/peristaltic
b. Peningkatan
defekasi cair
c. Perubahan
warna feses
d. Nyeri/kram
abdomen
3. Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
4. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai
dengan:
a. Penurunan berat badan,
penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
b. Peningkatan
bunyi usus
c. Konjungtiva
dan membran mukosa pucat
d. Mual, muntah,
diare
5. Konstipasi
berhubungan dengan lesi obstruksi
6. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal),
pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
7. Ansietas
berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
8. Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan kolostomi
9. Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai
dengan:
a. Mengajukan
pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
b. Tidak akurat
mengikuti instruksi
c. Terjadi
komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah
D. Intervensi Dan Rasional
1. Diagnosa
: Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan dapatmempertahan hidrasi adekuat.
Kriteria Hasil : membran mukosa lembab,
turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil, dan secara
individual mengeluarkan urine dengan tepat
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1) Awasi
masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang berat badan tiap
hari.
2) Kaji
tanda vital (TD, Nadi, Suhu)
3) Observasi
kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian
kapiler lambat
4) Pertahankan
pembatasan peroral, tirah baring; hindari kerja
5) Observasi
perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar
6) Kolaborasi
pemberian cairan paranteral, transfusi darah sesuai indikasi
7) Kalaborasi
pemberian obat sesuai indikasi: Antiemetik, mis, trimetobenzamida (Tigan);
hidroksin (Vistaril); proklorperazin (Compazine), Antipiretik, mis,
asetaminofen (Tyenol), Vitamin K
|
Memberikan indikator langsung
keseimbangan cairan
Hipotensi, takikardi, demam
dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau efek kehilangan cairan
Menunjukkan kehilangan cairan
berlebihan/ dehidrasi
Kolon diistirahatkan untuk
penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus
Diet tak adekuat dan penurunan
absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vit. K dan merusak koagulasi, potensial
resiko pendarahan
Mempertahankan istirahat usus
akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/ anemia
Digunakan untuk mengontrol
mual/muntah pada eksaserbasi akut, Mengontrol demam, Merangsang pembentukan
protrombin hepatik, menstabilisasi koagulasi dan menurunkan resiko perdarahan
|
2. Diare
b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus
sekunder terhadap proses keganasan usus.
Tujuan: Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan diare atau penurunan frekuaensi defekasi.
Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan frekuensi defekasi,
konsistensi kembali normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan alat yang
diperlukan dekat tempat tidur, pasang tirai dan segera buang feses setelah
defekasi).
2.
Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral.
3.
Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetuskan
diare.
4.
Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan karakteristik
feses.
5.
Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein
serum, ansietas dan kelesuan.
6.
Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika,
antikolinergik, kortikosteroid).
|
Defekasi tiba-tiba dapat
terjadi tanpa tanda sehingga perlu diantisipasi dengan menyiapkan keperluan
klien
Mencegah timbulnya maslah
kekurangan cairan.
Membantu klien menghindari agen
pencetus diare.
Menilai perkembangan masalah.
Mengantisipasi tanda-tanda
bahaya perforasi dan peritonitis yang memerlukan tindakan kedaruratan.
Antibiotika untuk membunuh
/menghambat pertumbuhan agen patogen biologik, antikolinergik untuk
menurunkan peristaltik usus dan menurunkan sekresi digestif, kortikosteroid
untuk menurunkan proses inflamasi.
|
3. Diagnosa
: Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan nyeri hilang atau skala nyeri berkurang.
Kriteria Hasil : Melaporkan
nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
2.
Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis lutut fleksi
3.
Berikan tindakan yang nyaman ( pijatan punggung, ubah posisi) &
aktivitas senggang
4.
Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis, bimbingan imajinasi,
visualisasi. Berikan aktivitas tenggang
5.
Berikan obat sesuai indikasi, mis, analgesik
|
Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta
analgesic
Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan
menigkatkan kemampuan koping.
Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan
memfokuskan kembali perhatian, sehingga menurunakan nyeri dan ketidak
nyamanan
Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.
|
4. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Tujuan: setelsh dilskuksn tindakan keperawwatn selama 3x24 jam di harapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil : klien
melaporkan selera makannya meningkat
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Pertahankan
tirah baring selama fase akut/pasca terapi
2. Bantu
perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
3. Berikan
diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien
(lunak, bubur kasar, nasi biasa)
4. Kolaborasi
pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
5. Bila
perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
|
Menurunkan kebutuhan metabolik
untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
Meningkatkan kenyamanan dan
selera makan.
Asupan kalori dan protein
tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien
keganasan.
Pemberian preparat zat besi
dan vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu
untuk mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.
Pemberian peroral mungkin
dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna.
|
5. Diagnosa : Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
Tujuan :
setelsh dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola
eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah
dan konsistensi.
Kriteria hasil : klien melaporkan sudah
dapat b.a.b dengan teratur.
Intervensi
|
Rasional
|
1. pastikan kebiasaan defekasi pasien dan
gaya hidup sebelunya
2. observasi
gerakan usus, warna, konsistensi, dan jumlah
3. berikan
pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi
|
Membantu
dalam jadwal irigasi efektif untuk pasien dengan kolostomi
Indikator
kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi
Mungkin
perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan/evakuasi feses
|
6. Diagnosa
: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan
perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatn selama 3x24 jam diharapkan dapat meningkatkan penyembuhan luka tepat
waktu dan bebas tanpa infeksi.
Kriteria hasil : klien melaporkan luknya
sudah sembuh atau mulai sembuh / mengering
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Observasi luka, catat
karakteristik drainase
2. Ganti balutan sesuai
kebutuhan, gunakan tekhnik aseptic
3. Dorong posisi miring dengan
kepala tinggi, hindari duduk lama
4. Kalaborasi
irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faal, larutan hidrogen
peroksida, atau larutan antibiotic
5. Kalaborasi
rendam duduk
|
Perdarahan
pascaoperasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi
dapat terjadi kapan saja
Sejumlah
besar drainase serosa menuntut penggantian dengan sering untuk menurunkan
iritasi kulit dan potensial ptensi
Meningkatkan
drainase dari luka parineal atau drain menurunkan resiko pengumpulan. Duduk
lama meningkatkan tekanan parineal, menurunkan sirkulasi keluka, dan
memperlambat penyembuhan
Diperlukan
untuk menginflamasi/ infekasi praoperasi atau kontaminasi intraoperasi
Meningkatkan
kebersihan dan memudahkan penyembuhan.
|
7. Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan
rencana pembedahan dan diagnosis kanker
Tujuan: Setelah dilkukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam menunjukkan rileks
Kriteria hasil : Klien
melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Orientasikan klien dan orang terdekat
terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
2.
Eksplorasi kecemasan klien dan berikan
umpan balik.
3.
Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah
yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat ini.
4.
Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase
kecemasan dan pertahankan ketenangan lingkungan.
5.
Kolaborasi pemberian obat sedatif.
6.
Pantau dan catat respon verbal dan non
verbal klien yang menunjukan kecemasan.
|
Informasi
yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/
rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan
menerima situasi yang terjadi.
Mengidentifikasi
faktor pencetus/ pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat
dilakukan klien.
Menunjukkan
bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya
dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya.
Memobilisasi
sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan.
Menurunkan
kecemasan, memudahkan istirahat.
Menilai
perkembangan masalah klien.
Mendapatkan informasi keefektifan terapi yang
diberikan.
|
8. Diagnosa
: Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan kolostomi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperaawatn
selama 2x24 jam di harapkan klien dapat menerima kondisi diri sesuai
situasi, menerima perubahan kedalam
konsep diri tanpa harga diri yang negative.
Kriteria hasil : klien menyatakan
penerimaan tentang kondisi diri dengan baik.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Pastikan apakah konseling dlakukan bila mungkin dan/atau ostomi perlu
untuk diskusikan
2. Dorong pasien/orang tedekat
untuk menyatakn perasaan tentang ostomi
3. Catat
prilaku menarik diri. Peningkatan ktergantungan, manipulasi, atau tidak
terlibat pada perawatan.
4. Berikan kesempatan pada
pasien untuk menerima ostomi melalui partisipasi pada perawatan diri.
5. Rencanakan/jadwalkan
perawatan dengan pasien
6. Pertahankan pendekatan
positif selama aktifitas perawatan. Jangan perlihatkan rasa marah secara
pribadi
7. Diskusikan kemungkinan
kontak dengan pengunjung ostomi, dan buat perjanjian untuk kunjungan
berikutnya bila diperlukan.
|
Memberikan
informasi tentang tingkat pengetahuan pasien terhadap pengetahuan tentang
situasi pasien.
Membantu
pasien untuk menyadari perasaannya tidak biasa dan perasaan bersalah tentng
mereka tidak perlu/tidak membantu
Dugaan
masalah pada pnilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih
ketat.
Ketergantungan
pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki kepercayaan diri dan peneriman
situai
Meningkatkan
rasa kontroling dan memberikan pesan pada pasien bahwa ia dapat menangani hal
tersebut, meningkatkan harga diri
Bantu
pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik
tentang diri sendiri.
Dapat
memberikan sistem pendukung yang baik
|
9. Diagnosa
: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan dapat
meningkatkan pemahaman klien kondisi/tentang penyakit, tindakan dan
prognosis. Dengan melakukan prosedur yang diperlukan, menjelaskan alasan
tindakan.
Kriteria hasil : klien mengungkapkan
pemahaman tentang kondisi dan penyakit serta prosedur yang akan dilakukan pada
dirinya.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Kaji tingkat pengetahuan klien/ orang
terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar klien.
2.
3. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab/faktor
risiko, dan dampak penyakit terhadap perubahan status
kesehatan-sosio-ekonomi, fungsi-peran dan pola interaksi sosial klien.
4. Jelaskan
tentang terapi pembedahan, radiasi dan kemoterapi serta efek samping yang
dapat terjadi
5. Tekankan pentingnya mempertahan kan asupan nutrisi
dan cairan yang adekuat.
|
Proses
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien.
Meningkatkan
pengetahuan klien tentang masalah yang dialaminya.
Meningkatkan
partisipasi dan kemandirian klien untuk mengikuti program terapi.
Penderita
kanker yang mengikuti program terapi yang tepat dengan status gizi yang
adekuat meningkatkan kualitas hidupnya.
|
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Penyakit hemoroid dan Ca kolorektal adalah penyakit yang menyerang
bagian kolon dan rectum .Resiko terkena kedua penyakit tersebut dapat
diturunkan dengan menjaga gaya hidup individu tersebut.
B. Saran
Dianjurkan untuk selalu mengkonsumsi makanan yang bayak mengandung
serat, kecukupan nutrisi tubuh sebaiknya dipenuhi secara seimbang
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner dan
Suddarth. 2002. Keperawatan
Medikal-Bedah,Edisi 8,Vol.2. Jakarta: EGC
Doenges
dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC
Price &
Wilson. 2006. Patofisologi-Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.6. Jakarta: EGC
Prayuda
hendi, Muhammad. Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Ca Colon. Inhttp://www.scribd.com. Lustupdate 13 november 2011
Malini, eva.
2009. Askep Hemeroid Pasien
Hemeroid dan Ca Colorectal. Inhttp://www.scribd.com. Lustupdate 27 november 201
Tidak ada komentar:
Posting Komentar