TINJAUAN
TEORITIS
A. Dengue
Haemoragic Fever
1. Konsep
penyakit DHF
PENGERTIAN
Demam
Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (DEPKES. RI, 1992).
Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (DEPKES. RI, 1992).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama (Mansjoer, 1999)
Penyakit demam berdarah (DBD) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan dari orang keorang lain melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang sering menimbulkan wabah dan dapat
menimbulkan kematian yang singkat. (www.dkk-bpp.com)
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan
dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue
sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever (DHF). (askep DHF.com)
Kesimpulan : penyakit demam berdarah adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disebabkan
oleh virus dengue dari nyamuk aedes aegypti, dan biasanya memburuk setelah 2
hari pertama.
B.
Anatomi
dan Fisiologi Hematologi
Sistem
hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sum-sum
tulang dan nodus limfa. Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah
manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.
Darah
terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :
·
Plasma
darah
bagian
cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah.
Ø Butir-butir
darah ( blood corpuscles), yang terdiri atas komponen sebagai berikut:
a.
Eritrosit (sel darah
merah)
b.
Leukosit (sel darah
putih)
c.
Trombosit (platelet)
butir pembeku darah.
· Sel darah merah
(eritrosit)
merupakan cairan bikonkav dengan diameter sekitar 7
mikron, yang memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat
dengan jarak yang pendek antara membran dan inti
sel, warnanya kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung hemoglobin.
Komponen Eritrosit :
Ø membran
eritrosit
Ø sistem
enzim
Ø hemoglobin,
komponennya terdiri atas :
1. heme
yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi
2. globin
: bagian protein yang terdiri aats 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
Terdapat
sekitar 300 molekul Hb dalam setiap sel darah merah. Tugas akhir Hb adalah :
menyerap karbondioksida dan ion hydrogen serta membawanya ke paru tempat
zat-zat tersebut dilepaskan dari Hb.
Sifat-sifat
sel darah merah :
1.
Normositik = sel yang
ukurannya normal
2.
Normokromik = sel dengan
jumlah hemoglobin yang normal
3.
Mikrositik = sel yang
ukurannya terlalu kecil
4.
Makrositik = sel yang
ukurannya terlalu besar
5.
Hipokromik = sel yang
jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit
6.
Hiperkromik = sel yang
jumlah hemoglobinnya terlalu banyak
· Sel darah putih ( Leukosit )
Bentuknya
dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu. Sel darah
putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis-jenis dari golongan sel ini adalah
golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T dan B : monosit dan makrofag serta
golongan yang bergranula, yaitu
eosinofil, basofil, dan neutrofil.
Fungsi
sel darah putih adalah :
1. Sebagai
serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk
ke dalam tubuh jaringan sistem retikulo endotel
2. Sebagai
pengangkut yaitu mengangkut atau membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limfa terus ke pembuluh darah.
Sel
darah putih terdiri atas beberapa jenis sel darah sebagai berikut :
1.
Agranulosit
Memiliki
diameter sekitar 10-12 mikron. Granulosit terbagi menjadi 3 kelompok:
a.
Neutrofil
: granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel
yang terangkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak
berbintik-bintik halus atau granula, banyaknya sekitar 60%-70%.
b.
Eosinofil
: berwarna merah dengan pewarnaan asam, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil banyaknya
kira-kira 24%.
c.
Basofil
: berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih
kecil dari pada eosinofil, mempunyai inti yang bentuknya teratur banyaknya
kira-kira 0.5% disumsum merah. Basofil
bekerja sebagai limfosit sel mast dan mengeluarkan peptide vasoaktif.
2.
Granulosit
Terdiri
atas limfosit dan monosit:
a.
Limfosit
Memiliki
nukleus
besar bulat dengan menempati sebagian besar sel limfosit berkembang dalam
jaringan limfe. Ukurannya sekitar 7-15 mikron, banyaknya 20%-25 % yang berfungsi membunuh dan memakan bakteri yang
masuk dalam jaringan tubuh.
Limfosit
ada 2 macam, yaitu limfosit T dan B.
Limfosit T meninggalkan
susmsum tulang dan berkembang lama, kemudian bermigrasi menuju ke timus. kemudian sel-sel beredar dalam
darah sampai mereka bertemu dengan antigen-antigen dimana mereka telah
diprogramkan untuk mungenalinya. Setelah dirangsang oleh antigennya. Sel ini
menghasilkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan mikroorganisme dan memberitahu sel-sel darah putih lainnya
bahwa telah terjadi infeksi.
Limfosit B terbentuk
di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah sampai menjumpai antigen dimana
mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Pada tahap ini, limfosit B mengalami
pematangan lebih lanjut dan menjadi sel plasma serta menghasilkan antibody.
b.
Monosit
Ukurannya
lebih besar dari limfosit, protoplasmanya besar, warna biru sedikit abu-abu
serta mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Monosit dibentuk didalam
sumsum tulang masuk kedalam sirkulasi dalam bentuk hematom dan mengalami proses
pematangan menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan. Fungsinya sebagai
fagosit, jumlahnya 34 % dari total komponen yang ada di sel darah putih.
Jumlah
sel darah putih pada
orang dewasa totalnya 4,0-11,0 x 10 9/l
yang terbagi sebagi berikut.
Granulosit
:
§ Neutrofil
2,5 – 7,5 x 109/
L
§ Eosinofil
0,04 – 0,44 x 109/
L
§ Basofil
0 – 0,10 x 109/
L
Limfosit
1,5 – 3,5 x 109/
L
Monosit
0,2 – 0,8 x 109/
L
3.
Keping
darah (Trombosit)
Trombosit
adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang berbentuk
cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari.
Jumlah
trombosit antara 150 dan 400 x 109/liter
(150.000-400.000/milimeter), sekitar 30%-40% terkonsentrasi di dalam limpa dan sisanya
bersirkulasi dalam darah.
Fungsi
trombosit yaitu berperan penting dalam pembentukan bekuan darah diantaranya
mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera.
4.
Plasma
darah
Plasma
darah adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening
kekuning-kuningan hamper 90% dari plasma darah terdiri atas air.
Zat-zat
yang terdapat dalam plasma darah sebagai berikut :
1.
Fibrinogen yang berguna
dalam peristiwa pembekuan darah.
2.
Garam-garam mineral
seperti garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain yang berguna dalam
metabolisme dan juga mengadakan osmotik.
3.
Protein darah (albumin
dan globulin) meningkatkan
viskositas darah juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan
cairan dalam
tubuh.
4.
Zat makanan
(asam amino, glukosa, lemak, mineral, vitamin).
5.
Hormon yaitu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
6.
Antibody
5.
Limpa
Merupakan
organ lunak kurang lebih berukuran 1 kepalan tangan. Limpa terletak pada pojok
atas kiri abdomen di bawah costa, limpa terdiri atas kapsula limpa
fibroelastin, folikel (masa jaringan limpa) dan pulpa merah (jaringan ikat, sel
eritrosit, sel leukosit).
Faktor-faktor Pembekuan
Darah
Factor Nama
I fibrinogen
II protrombin
IV kalsium
V labile factor, proaccelerin, dan accelerator (AC-) globulin
VII proconvertin,
serum, protrombin convertin accelerator (SPCA),cotromboplastin,
dan autoprotrombin I
VIII Antihemophilic, factor, antihemophilic globulin (AHG)
IX plasma thromboplastin component (PTC)/chrismas factor
X stuart-power
factor
XI plasma
tromboplastin antecedent (PTA)
XII factor
Hageman
XIII factor stabilisasi febris
A.
ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal
ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang
dunia ke-III, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina
pada tahun 1953 – 1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap
inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70oC.
Dengue merupakan serotipe yang paling banyak beredar.
B.
PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam
tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelia seperti pembesaran
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena
kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang
menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya
permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin, dan serotonin serta aktivasi
system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini
berakibat berkurangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah
ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu
dalam rongga peritoneum, pleura dan perikardium. Renjatan hipovolemik
yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan
terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic, dan kematian. Penyebab lain kematian pada
DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun
mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun
dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh
kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi.
C. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam
dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF
disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler
karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta
aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan
intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum,
pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia
jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF
adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran
darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan
hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system
koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada
pasien dengan perdarahan hebat.
D. MANIFESTASI KLINIS
·
Demam mendadak, tinggi
(dapat mencapai 39oC - 400C) disertai menggigil
·
Demam biphasik, yaitu demam yang
berlangsung selama beberapa hari, dan sempat turun di tengahnya menjadi normal
kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh (gambaran kurva
panas seperti punggung unta).
·
Nyeri pada seluruh tubuh
·
Ruam
·
Perdarahan
E.
KLASIFIKASI
DHF
WHO 1986 mengklasifikasikan DHF menurut
derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
·
Derajat I
Demam
disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositopenia,
dan hemokonsentrasi.
·
Derajat II
Sama
dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
·
Derajat III
Ditandai
oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (
>120x/mnt ) tekanan nadi sempit, tekanan darah menurun.
·
Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
F.
KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah
diantaranya :
a.
Perdarahan luas
b.
Shock atau renjatan
c.
Effusi pleura
d.
Penurunan kesadaran
G. TEST
DIAGNOSTIK
a.
Darah
§ Trombosit
menurun
§ HB
meningkat lebih 20 %
§ HT
meningkat lebih 20 %
§
Leukosit
menurun pada hari ke 2 dan ke 3
§ Protein
darah rendah
§ Ureum
PH bisa meningkat
§ Na dan Cl rendah
b.
Serology : HI
(hemaglutination inhibition test).
§ Rontgen
thorax : Effusi
pleura
§ Uji
test
tourniket
(+)
H. PENATALAKSANAAN
a.
Tirah baring
b.
Pemberian makanan lunak
c.
Pemberian cairan
melalui infus
Pemberian
cairan intra vena (biasanya Ringer
Lactat, NaCl) Ringer Lactat merupakan cairan intra vena
yang paling sering digunakan, mengandung Na + 130 mEq/liter, K + 4 mEq/liter, korekter basa 28
mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
d.
Pemberian obat-obatan
: antibiotic, antipiretik.
e.
Anti konvulsi
jika terjadi kejang
f.
Monitor
tanda-tanda vital (T, S, N, RR)
g.
Monitor adanya
tanda-tanda renjatan
h.
Monitor
tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
i.
Periksa HB, HT, dan Trombosit setiap hari.
2.
Konsep Proses Keperawatan
A.
PENGKAJIAN
DHF merupakan penyakit daerah tropis
yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 )
·
Keluhan
Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu
hati, mual dan nafsu makan menurun.
·
Riwayat
penyakit sekarang
Riwayat
kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,
sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
·
Riwayat
penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
·
Riwayat
penyakit keluarga
Riwayat
adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena
penyakit DHF
adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegipty.
·
Riwayat
Kesehatan Lingkungan
Biasanya
lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban
bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan.
·
Pengkajian
Per Sistem
a.
Sistem Pernapasan
Sesak,
perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epitaksis, pergerakan dada
simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
b.
Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan
kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS.
c.
Sistem Cardiovaskuler
Pada
grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositopenia, pada grade III dapat terjadi
kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut,
hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.
d.
Sistem Pencernaan
Selaput
mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesaran limpa, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis,
melena.
e.
Sistem perkemihan
Produksi
urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat
kencing, kencing berwarna merah.
f.
Sistem Integumen.
Terjadi
peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi petekie, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan
pada kulit.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
·
Hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi virus dengue.
·
Resiko
defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler karena meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh
darah.
·
Resiko
syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
·
Resiko
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
·
Resiko
terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah
(trombositopenia).
C.
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
a)
DK : Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
ü Tujuan
: Suhu tubuh normal
ü Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36oC – 37oC
ü Nyeri
otot hilang
Intervensi :
§ Beri
kompres
air dingin
Rasional : Kompres
dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi.
§ Anjurkan pasien untuk banyak minum
1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )
Rasional
: Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
§ Anjurkan
pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Pakaian yang tipis mudah
menyerap keringat dan tidak merangsang
peningkatan suhu tubuh.
§ Observasi
intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali
atau lebih sering
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan
cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
§
Kolaborasi
: pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program
Rasional : Pemberian
cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya
untuk menurunkan suhu tubuh pasien.
b) DK : Resiko
defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
ü
Tujuan
: Tidak terjadi devisit volume cairan
ü
Kriteria
: Input dan output seimbang
ü
Vital
sign dalam batas normal
ü
Tidak
ada tanda presyok
ü
Akral
hangat
ü
Capilarry refill
< 3 detik
Intervensi
:
§ Awasi vital sign tiap 3 jam / lebih sering
Rasional : Vital sign
membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler.
§ Observasi
capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan
sirkulasi perifer.
§ Observasi intake dan output, catat warna urine
/ konsentrasi, dan BJ
Rasional :
Penurunan pengeluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
§ Anjurkan
untuk minum 1500-2000 ml/hari (sesuai toleransi)
Rasional : Untuk memenuhi
kebutuhan cairan tubuh peroral.
§ Kolaborasi
: Pemberian cairan intravena
Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya
hipovolemik
syok.
c)
DK : Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
ü
Tujuan
: Tidak terjadi syok hipovolemik
ü
Kriteria
: Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
§ Monitor
keadaan umum pasien
Rasional : Memonitor
kondisi pasien selama perawatan terutama saat terjadi perdarahan (perawat segera
mengetahui tanda-tanda presyok / syok).
§ Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Memastikan tidak terjadi presyok / syok.
§
Jelaskan
pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan
Rasional : Dengan
melibatkan pasien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat
segera diketahui sehingga dapat
memberikan tindakan yang
cepat dan tepat.
§ Kolaborasi
: Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan
untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
§ Kolaborasi
: pemeriksaan : HB, PCV, trombo
Rasional : mengetahui tingkat kebocoran
pembuluh darah yang dialami pasien dan memiliki acuan untuk melakukan tindakan
lebih lanjut.
d) DK
: Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
ü
Tujuan
: Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
ü
Kriteria
: Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
ü
Menunjukkan
berat badan yang seimbang
Intervensi :
§
Kaji
riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi,
menduga kemungkinan intervensi.
§ Observasi
dan catat masukan makanan pasien
Rasional :
Mengawasi masukan kalori/kualitas makanan
yang di konsumsi.
§
Timbang
BB tiap hari (bila memungkinkan)
Rasional :
Mengawasi penurunan BB/mengawasi efektifitas intervensi.
§ Berikan
makanan sedikit namun sering
Rasional : meningkatkan
masukan juga mencegah distensi gaster.
§ Hindari
makanan yang merangsang dan mengandung gas
Rasional :
Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
e)
DK : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah ( trombositopenia )
ü
Tujuan
: Tidak terjadi perdarahan
ü
Kriteria
: TD : 100/60 mmHg, N : 80-100x/menit reguler
ü
Tidak
ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat
Intervensi :
§ Monitor
tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis
Rasional : Penurunan trombosit merupakan
tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, petekie.
§ Monitor
trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang
dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan
kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
§ Anjurkan
pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
§ Berikan
penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan
spt : hematemesis, melena, epistaksis
Rasional : Keterlibatan pasien dan
keluarga dapat membantu untuk penanganan
dini bila terjadi perdarahan.
§ Antisipasi
adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut,
berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah
terjadinya perdarahan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF. Jakarta : EGC
Handayani, wiwik. 2008.
Asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem hematologi. Jakarta : salemba medika.
Lemone,
priscilia. 2004. Medical surgical nursing
: crirical thinking in client care. Jakarta : EGC.
Penerbit
Ikatan Sarjana Indonesia.2005. Informasi
Spesialite Obat ( ISO ). Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar