Blog Of Nurse

Rabu, 21 Oktober 2015

ASKEP HIPERTENSI


            BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
      Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mertalitas prematur yang meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria. Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-ekonomi.
            Tingginya tekanan darah yang lama tentu saja akan merusak pembuluh darah diseluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal dan otak. Maka konsekwensi yang biasa pada penderita hipertensi yang lama dan tidak terkontrol adalah terjadinya gangguan pengelihatan, oklusi koroner, gagal ginjal dan stoke. Selain itu terjadi pembesaran jantung karena jantung dipaksa untuk meningkatkan beban kerja jantung saat memompa melawan tinggimya tekanan darah.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah seminar mahasiswa diharapkan dapat mengelola asuhan keperawatan pada    klien dengan hipertensi
2. Tujuan Khusus
Setelah seminar mahasiswa diharapkan mampu untuk
a.       Memahami definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik dan penatalaksanaan pada hipertensi.
b.      Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi.
c.       Menerapkan tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi.



C. BATASAN MASALAH
Pembahasan makalah ini membatasi pada “  Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi”.



BAB II
TINJAUAN TEORI


A.    DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg dan pada usia lanjut hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan sistololik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Menurut WHO (1978), batas tekan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai Hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension.
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Dalam penelitian didapatkan angka sekitar 20% populasi orang dewasa mengalami hipertensi, 90% diantara mereka menderita hipertensi primer atau esensial, dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapat prioritas.


B.     ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah :
¨Gangguan emosi
¨Obesitas
¨Mengkonsumsi alkohol dan kopi secara berlebihan
¨Perokok
¨Keturunan
¨Obat-obatan
¨Proses penuaan

           


C.    DIAGNOSA
Diagnosa hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.

Klasifikasi Tekanan Darah untuk yang berumur 18 Tahun atau lebih
Katagori
Sistoliok
Diastolik
Optimal
Normal
Normal-tinggi
Hipertensi
Derajat 1
Derajat 2
Derajat 3
< 120
< 130
130-139

140-159
160-179
≥ 180
Dan < 80
Dan < 85
Atau 85-89

Atau 90-99
Atau100-109
≥ 110



Rekomendasi untuk Observasi Lebih Lanjut Setelah Pengukuran Tekanan Darah Pertama Kali
Tekanan Dara Pertama Kali(mmHg)
Observasi yang dianjurkan
Sistolik                          Diastolik
< 130                             < 85
130-139                                                   85-89
140-159                         90-99
160-179                         100-109
≥ 180                              ≥ 110

Pemeriksaan ulang dalam 2 tahun
Pemeriksaan ulang dalam 1 tahun
Dipastikan dalam 2 bulan
Evaluasi dalam 1 bulan
Evaluasi segera / dalam 1 minggu, tergantung situasi klinis






D.    PATOFISIOLOGI

Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.
Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.


E.     MANIFESTASI KLINIS
·         Pemeriksaan fisik jarang dijumpai selain peningkatan  tekanan darah, dapat pula ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan, exudat, penyempitan pembuluh darah dan pada kasus hipertensi barat dapat ditemukan edema pupil.
·         Sakit kepala, epistaksis, pusing, dan migren, cepat marah, telinga berdenging, sukar tidur, rasa berat ditengkuk dam mata berkunang-kunang.
·         Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan pengelihatan, gangguan neurologi, gagal jantung, dan gangguan fungsi ginjal. Gangguan serebral yang disebabkan oleh hipertensi dapat berupa kejang, gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan sampai koma.

F.     PENATALAKSANAAN
Penanggulangan Hipertensi secara garis besar dibagi dua jenis penatalaksanaan  :
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
·         Penurunan berat badan dan pengurangan asupan garam
·         Diet rendah lemak jenuh
·         Olahraga yang teratur
·         Menghindari faktor resiko seperti merokok, minum alkohol, hiperlipidemia dan stres.
2. Penatalaksanaan  Farmakologis
      Diuretik
Diuretik mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan volume ekstraselular dan plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung. Dosis yang sering dipakai adalah 25-50 mg, 1-2 kali tiap hari. Penggunan diureti pada orang tua sebaiknya menggunakan furosemid umumnya 40 mg tiap hari tetapi beberapa pasien dibutuhkan dosis sampai 160 mg. Efek samping yang serng dijumpai adalah hipokalemia, hiponatremia, hiperuresemia dan ganggua lain seperti kelemahan otot, muntah, dan pusing.



Golongan Penghambat Simpatetik
Penghambat aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak, seperti pada pemberian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin dan guanetidin.
 Metildopa mempunyai efek antihipertensi dengan menurunkan tonus simpatik secara sentral. Dosis yang dipakai adalah 250 mg, 2-3 kali tiap hari dan jika diperlukan dapat dinaikkan sampai dosis 2000 mg tiap hari. Efek samping dapat berupa anemia hemolitik, gangguan faal hati dan kadang-kadang depat timbul hepatitis kronis.
Klonidin mempunyai cara kerja yang sama dengan metildopa, dosis yang diperlukan 0,1-1,2 mg tiaphari dengan dosis terbagi. Efek samping yang timbul adalah sedasi, rasa lelah, rasa kering pada mukosa mulut dan bibir, impotensi dan pusing.

Penyeket Beta
Mekanisme antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah jantung dan penekanan sekresi renin. Berdasarkan kelarutan dalam air dan lemak, penyekat beta dibedakan menjadi dua golongan :
(1) golongan yang larut dalam lemak seperti asebutolol, alprenolol, metoprolol, oksprenolol, pindolol, propranolol, dan timilol yang mempunyai waktu paruh yang relatif pendek, yaitu 2-6 jam.
(2) golongan yang lebih larut dalam air dan dieliminasi melalui ginjal seperti atenolol, nadolol, praktolol dan satalol yang mempunyai waktu paruh yang lebih panjang, yaitu 6-24 jam, sehingga dapat diberikan satu kali sehari.

Vasopresin
Yang termasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazoksid dan sodium nitroprusid. Obat golongan ini bekerja langsung pada pembulu darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh peningkatan aktifitas simpatik dan akan menimbulkan  takikardia dan peninggian kontraktilitas otot miokard yang akan mengakibatkan peningkatan curah jantung.
Sodium nitroprusid biasanya diberikan dengan infus dengan kecepatan rata-rata 3 mikrogram/kgBB/menit dengan kisaran antara 0,5-8 microgram/kgBB/menit.

Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Kaptopril yang dapat diberikan secara oral menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat enzim konversi angiotensin sehingga terjadi penurunan kadar angiotensin II, yang mengakibatkan  penurunan aldosteron dan dilatasi arteriol.
Pada hipertensi ringan dan sedangdapat diberikan dosis 2 kali 12,5 mg tiap hari. Dosis yang biasa adalah 25-50 mg tiap hari.
Efek samping yang timbul adalah kemerahan kulit, gangguan pengecapan, agranulasi, proteinuria, dan gagal ginjal.


 BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN

1. Kelihan utama
 Pada klien hipertensi keluhan utamanya sakit kepala/pusing yang disertai dengan peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan vaskular serebral.
2. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat yang menyebabkan klien masuk rumah sakit saat ini. Klien biasa mengeluh sakit kepala/pusing disertai peningkatan tekanan darah.
3. Riwayat penyakit yang lalu
Merupakan gambaran keadaan kesehatan klien dimasa lalu apabila telah diketahui adanya hipertensi sebelumnya, perlu informasi mengenai pengobatannya, mengenai efektivitas, dan efek samping obat yang dipakai. Selain itu, diperlukan keterangan tentang penyakit yang diderita lainnya seperti DM, penyakit ginjal, serta faktor resiko terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, faktor stress, dan data berat badan.
4. Riwayat penyakit keluarga
Apakah terdapat riwayat penyakit keluarga, gejala-gejala penyakit yang berkaitan dengan hipertensi seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan lain-lain.
5. Riwayat Psikologis
Meliputi kondisi ekonomi, sosial, lingkungan, budaya, dan emosional dari klien dan keluarga terhadap kondisi klien pada saat pengkajian dan selama dirawat dirumah sakit.
6. Pemeriksaan Fisik
·                            Inspeksi : keadaan umum,
·                            Palpasi
·    Auskultasi : Bunyi Nafas, Nadi, Tekanan darah, frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnu, bunyi jantung.

8. Pemeriksaan Penunjang
Hb atau hematokrit, BUN keratin, glukosa, kalium serum, kolesterol dan TG, kadar aldosteron urine atau serum, urinalisa, asam urat, Ivp, foto thorak dan EKG ( peninggian gelombang P).


B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan bagi pasien dapat mencangkup hal sebagai berikut:
1.Gangguan rasa nyaman atau nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
2.Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi iskemia miokardia.
3.Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4.Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
5.Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional atau maturasional, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, nutrisi buruk, olahraga tidak teratur, harapan tidak terpenuhi, kerja berlebihan, metoda koping tidak efektif.
6.Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan mis intepretasi, menyangkal diagnosis.  


C.    RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1.Gangguan rasa nyaman atau nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
Kriteria evaluasi:
    • Melaporkan rasa nyer atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
    • Mengungkapkan metoda yang memberikan pengurangan
    • Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
    Intervensi
No
Intervensi
Rasional

a


b




c


d





e


f
Mandiri
Mempertahankan tirah baring selama fase akut

Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi




Meminimalkan aktifitas vasokontriksi


Bantu ambulasi sesuai kebutuhan





Berikan makanan lunak, minum dan perawatan mulut
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi


meminimalkan stimulus atau meningkatkan relaksasi

menurunkan rangsangan simpatis yang menimbulkan stress, membuat efek tenang guna menurunkan tekanan darah.

mengurangi peningkatan tekanan vaskular

pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala, pasien juga dapat mengalami episoda hipotensi postural

meningkatkan kenyamanan umum


ketepatan pemberian obat sesuai indikasi dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.

2. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi iskemia miokardia.
Kriteria evaluasi:
·         Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan beban kerja jantung
·         Mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal
·         Mempertahankan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal
    Intervensi
No
Intervensi
Rasional

a




b



c





d



e


f


g




h



i


j
Mandiri
Observasi tekanan darah secara berkala




Observasi adanya oedema umum atau tertentu


Observasi adanya perubahan warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler



Atur lingkungan secara nyaman dan batasi pengunjung


Pertahankan pembatasan aktifitas dan istirahat

Atur posisi secara nyaman


Ajarkan teknik relaksasi distraksi




Monitor respon terapi obat


Kolaborasi
Berikan pembatasan cairan dan diet natrium

Berikan obat-obat sesuai indikasi


perbandingan dari tekanan darah dapat memberikan gambaran    lebih engkap tentang keterlibatan masalah vaskuler

adanya oedema mengindikasikan terjadinya gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular

 adanya warna pucat, dingin, kulit lembab, dan masa mengisi kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau penurunan curah jantung

 membantu menurunkan rangsangan simpatis dan dapt meningkatkan relaksasi

menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah

menurunkan ketegangan dan menurunkan rangsangan simpatis

menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membantu efek tenang, dan membantu menurunkan tekanan darah

respon terapi obat dapat memberikan evaluasi ataskeberhasilan pengobatan

mengurangi retensi cairan sehingga mengurangi beban kerja jantung

ketepatan pemberian obat dapat mempercepat proses penyenbuhan



3. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan   antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Kriteria evaluasi:
·         Berpartisipasi dalam aktifitas yang diharapkan
·         Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
·         Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi aktifitas
    Interensi
No
Intervensi
Rasional

a




b



c


Mandiri
Kaji respon pasien terhadap kemampuan aktifitas, peningkatan tekanan darah dan nadi


Anjurkan teknik penghematan energi



Berkan dorongan untuk melakukan aktivitas serta bantu sesuai kebutuhan


respon fisiologis terhadap stress aktifitas merupakan indikator dari kelebihan beban kerja yang berkaitan dengan tingkat aktifitas.

 mengurangi penggunaan energi guna membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

  memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktifitas.Kemajuan aktifitas bertahap dapat memberikan gambaran dari kemampuan kerja jantung.




4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
Kriteria evaluasi:
·         Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan
·         Menunjukkan perubahn pola makan
·         Mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual
Intervensi
No
Intervensi
Rasional

a






b











c






d







e



f





g





h


Mandiri
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan




Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai dengan indikasi









Tetapkan keinginan  pasien untuk menurunkan berat badan





Kaji ulang masukan kalori dan pilihan diet







Tetapkan rencana penurunan berat badan yang relistik dengan pasien


Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian




Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat




Kolaborasi
Rujuk ke ahli gizi 


kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan masa tubuh

kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklesis dan kegemukan, yang merupakan predisposisiuntuk hipertensi dan komplikasinya seperti stoke, penyakit ginjal dan gagal jantung. Kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intravaskular dan dapat merusak ginjal sehingga memperburuk hipertensi

motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan bila tidak maka program sama  sekali tidak berhasil

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam program diet terakhir. Membant dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian guna pendidikan kesehatan dalam pemberian diet seimbang

 penurunan masukan kalori per hari dapat secara teori menurunkan berat badan

memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor pengontrol perubahan diet

menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting untuk mencegah perkembangan aterogenesis



memberikan konsling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individu.


5.Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional atau maturasional, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, nutrisi buruk, olahraga tidak teratur, harapan tidak terpenuhi, kerja berlebihan, metoda koping tidak efektif.
Kriteria evaluasi:
    • mengidentifikasi prilaku koping efektif dan konsekkuensinya
    • menyatakn kesadaran kemampuan koping atau kekuatan pribadi
    • mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari atau merubahnya
    • mendemontrasikan penggunaan ketrampilan atau metoda koping efektif
    Intervensi:
No
Intervensi
Rasional

a






b





c




d






e




f

Mandiri
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku





Catat setiap laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, dan katidakmampuan menyelesaikan masalah

Bntu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya


Libatkan pasien dalam rencana perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimal dalam rencana pengobatan




Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas dan tujuan hidup



Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup


mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronis dan mengidentifikasi terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari

mekanisme maladaptive mungkin merupakan indikator marah yang ditekan dan telah diketahui dapat menjadi penentu utama tekanan darah diastolik

 pengenalan terhadap stresor adalah langkah pertama dalam mengubah respon  seseorang terhadap stresor

  keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki ketrampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen terapiutik

 fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan

perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasatidak menentu dan tidak berdaya


6.Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana pengobatan berhubungan           dengan mis intepretasi, menyangkal diagnosis.  
Kriteria evaluasi:
·         Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen penyakit
·         Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan
·         Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal


Intervensi:
No
Intervensi
Rasional

a



b







c




d

Mandiri
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar



Ajarkan cara mengidentifikasi cara hidup sehat






Jelaskan tentang obat yang diresepkan bersama dengan rasional, dosis, dan efek samping yang ada


Berikan informasi tentang sumber- sumber dimasyarakat dan dukungan pasien dalam membuat perubahan pola hidup


kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa dapat mempengaruhi minat pasien dalam mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis
faktor-faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk gejala dan dukungan, petunjuk dan empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas pengobatan

 informasi yang adekuat dan adanya pemahaman tentang obat dapat meningkatkan kerja sama dalam proses pengobatan

sumber-sumber kesehatan di masyarkat dan tempat konsling dapat membantu pasien dalam upaya mengawali dan mempertahankan perubahan pola hidup sehat







DAFTAR PUSTAKA

§  Doenges. M.E,dkk. 1999. Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, edisi 3. Jakarta. EGC.
§  Mansjoer. M.E, dkk. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media aesculapius.
§  Pring, silvia andderson. 1990. patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta, EGC.
§  Tarwoto Arif. 2000. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta : salemba medika.

1 komentar:

  1. LuckyClub Casino Site Review - Lucky Club
    Luckyclub offers an extensive gaming library to all UK players. This casino can't be wrong! From their games to slots, our luckyclub casino has an array of

    BalasHapus