Blog Of Nurse

Rabu, 21 Oktober 2015

askep OTITIS MEDIA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Otitis media akut (OMA) adalah suatu radang mukoperiosteum dari rongga telinga tengah yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya merupakan komplikasi dari infeksi atau radang saluran nafas atas, misalnya common cold, influenza, sinusitis, morbili, dan sebagainya. Infeksi kebanyakan melaui tuba Eustachii, selanjutnya masuk ke telinga tengah.Adapun infeksi saluran nafas bagian atas akan menyebabkan invasi kuman ke telinga tengah bahkan sampai ke mastoid. Kuman penyebab utama adalah bakteri piogenik seperti Streptococcus hemolitikus, Staphylococcus aereus, Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influeza.
OMA lebih sering terjadi pada anak oleh karena infekasi saluran nafas atas sangat sering terjadi pada anak – anak dan bentuk anatomi tuba Eustachii pada anak lebih pendek, lebar dan agak horisontal letaknya dibanding orang dewasa. Dengan keadaan itu infeksi mudah menjalar melalui tuba Eustachii. Menurut Klein dan Howie frekuwensi tertinggi di OMA terdapat pada bayi dan anak berumur 0-2 tahun. Sedangkan menurut Moch. Zaman melaporkan 50 % dari kasus OMA ditemukan pada anak berumur 0 – 5 tahun dan frekwensi tertinggi pada umur 0-1 tahun.
Gejala klinis dari OMA antara lain sakit telinga, demam, kadang disertai otore bila telah terjadi perforasi dari membran timpani. OMA dapat sembuh dengan atau tanpa disertai perforasi membran timpani, tetapi dapat pula berlanjut menjadi otitis media kronik (OMK) dan otitis media dengan efusi (OME). Proses peradangan akut pada telinga tengah berjalan cepat dan sebagian dapat menimbulkan proses destruktif, tidak hanya mengenai mukoperiostium saja tetapi juga mengenai tulang-tulang sekitarnya karena telinga tengah hanya dibatasi tulang-tulang yang tipis. Adapun penjalaran penyakit ke daerah sekitarnya tergantung pada keadaan penyakitnya sendiri dan terapi yang diberikan.Otitis media akut atau OMA dapat memberikan komplikasi seperti abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak).
Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis OMA secara tepat dan akurat haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan Penatalaksanaan dari Otitis Media Akut.
1.2  Rumusan Masalah
·         Tinjauan Teoritis Otitis media
·         Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Otitis media akut berdasarkan NANDA, NOC, dan NIC

1.3   Tujuan
a.      Tujuan Umum
Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan Otitis Media Akut.
b.      Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan seminar mahasiswa memahami tentang :
1.    Pengertian Otitis Media Akut.
2.    Etiologi Otitis Media Akut.
3.    Patofisiologi dan phatway Otitis Media Akut.
4.    Kompliksi Otitis Media Akut.
5.    Pemeriksaan penunjang Otitis Media Akut.
6.    Asuhan keperawatan Otitis Media Akut.


 BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1  Definisi
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh peroisteum telinga tengah. (Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)
            Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utamanya adalah masuknya bakteri pathogenic ke dalam telinga tengah yang normalnya steril.
(Brunner & Suddart. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3)
OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pejalaran infeksi dari tenggorok (farinitis) OMA sering terjadi pada anak-anak (Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas).
Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh ezim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsingnya sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin sering.
Pembagian stadium otitis media akut:
1.      Stadium oklusi tuba eustachius
Terdapat gambaran retraksi embran timpani akibat tekanan negative di dalam telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat di deteksi.
2.      Stadium hiperemis (presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.
3.      Stadium supurasi
Membrane timpani menonjol kearah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani.
4.      Stadium perforasi
Terjadi karena pemberian antibiotic yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi, dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar.
5.      Stadium resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan mongering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan.
(Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)

2.2  Anatomi dan Fisiologi
Telinga adalah organ pendengaran. Syaraf yang melayani indera ini adalah syaraf cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu: telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam.
1.      Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
2.      Telinga Tengah
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
3.      Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti.
(Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Pearce, C Evelyn. 2002)

2.3  Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia  coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa. (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Faktor Predisposisi:
1. infeksi kronis adenoid
2. tonsilitis
3. rhinitis
4. sinusitis
5. batuk rejan
6. morbili
7. pada anak : kondisi tuba yang pendek, lebar, horizontal

2.4  Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan / pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel darah putih akan melawan sek-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringan sekitar sel eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam bergerak bebas. Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. (Kapita selekta kedokteran, 1999).

2.5  Manifestasi Klinis
Gejala klinis otitis mediatergantung pada stadium penyakit dan umur pasien :
1.      Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap.
2.      Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
3.      Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai 39,50Derajat Celcius, gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang sakit.
4.      Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.
5.      Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek).
6.      Membran timpani merah, sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat.
7.      Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak yang belum dapat bicara.
8.      Anoreksia (umum).
9.      Limfadenopati servikal anterior.
(Kapita selekta kedokteran, 1999).
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi menjadi 4:
a.       Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit.
b.      Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
c.       Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
d.      Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif

2.6   Pemeriksaan Penunjang
1.      Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.
2.      Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani.
3.      Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
4.      Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon endang telinga terhadap perubahan tekanan udara.

2.7  Penatalaksanaan
1.    Penatalaksanaan medis
a. Pemberian obat Antibiotik
1)   Tujuan
Tujuan pemberian antibiotic, untuk melumpuhkan atau menghilangkan bakteri.
2)   Efek samping
Jika diberikan secara kontinyu dan tidak teratur, akan menyebabkan resistensi bakteri, dan akan menimbulkan alergi baru jika antibiotik tidak cocok dengan tubuh.
3)    Indikasi
Lebih banyak diberikan pada penderita peradangan yang disebabkan oleh bakteri.
4)    Kontra indikasi
 Berbahaya diberikan pada penderita bronchitis, asma dan aritmia.

b)    Pemberian obat Analgesik
1)   Tujuan
Untuk menghilangkan nyeri.
2)   Efek samping
Umumnya Asam Mefenamat dapat diberikan dengan baik pada dosis yang dianjurkan, Pada beberapa kasus pernah dilaporkan terjadinya rasa mual, muntah, diare, pada penggunaan jangka panjang yang terus menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehan dapat mengakibatkan agranulositosis dan hemolitik anemia.
3)   Indikasi
Untuk menghilangkan segala macam nyeri dan ringan sampai sedang dalam kondisi akut dan kronis termasuk nyeri karena trauma.
4)   Kontraindikasi
Pada penderita tukak lambung pendenta asma, penderita ginjal dan penderita yang hipersensitif.
                         
2.    Penatalaksanaan keperawatan
a.       Mengkaji nyeri.
b.      Mengkompres hangat.
c.       Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien.
d.      Instruksikan kepada keluarga tentang komunikasi yang efektif.
e.       Memberikan informasi segala yang terkait dengan penyakit otitis media.
2.8  Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada otitis media :
1.    Komplikasi yang terjadi pada Otitis media adalah :
a.    Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
b.    Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).
c.    Tuli.
d.   Peradangan pada selaput otak (meningitis).
e.    Abses otak.
f.     Ruptur membrane timpani.
2.    Tanda-tanda terjadi komplikasi :
a.    Sakit kepala.
b.    Tuli yang terjadi secara mendadak.
c.    Vertigo (perasaan berputar).
d.   Demam dan menggigil.

2.9  Pencegahan
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:
1. pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.
2. pemberian ASI minimal selama 6 bulan.
3. penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.
4. dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
5. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.


BAB III
Kosep Asuhan Keperawatan
3.1  Pengkajian
a.      Anamnesa
Nama  klien, No. Rek. Media, Usia (Otitis media  sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun), Tinggi dan berat badan, Tanggal dan waktu kedatangan, Orang yang dapat dihubungi.
b.      Keluhan Utama
 Menanakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa saja keluhan yang ia rasakan.
c.       Riwayat Kesehatan Dulu
menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya.
d.      Riwayat kesehatan keluarga
 menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya
e.       Riwayat penyakit sekarang
 tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini.
f.       Pengkajian pola Fungsional Gordon
1.      Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan
a.       Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b.      Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan trisiklik, antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan antispasmotik dan obat anti-parkinson.
c.       Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui gaya hidup klien
2.      Pola NutrisiMetabolik
a.       Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan malam )
b.      Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi
c.       Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
d.      Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
3.      Pola Eliminasi
a.       Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna  dan karakteristiknya
b.      Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
c.       Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
4.      Pola Aktivitas – Latihan
a.       Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. Klien akan mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam beraktivitas sehubungan dengan luas lapang pandangnya yang berkurang dan kekeruhan pada matanya akibat dari glaukoma yang dideritanya.
b.      Kekuatan Otot : Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah pendengarannya.
c.       Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
5.      Pola Istirahat - Tidur
a.       Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
b.      Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada telinganya
c.       Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
6.      Pola Kognitif - Persepsi
a.       Kaji status mental klien
b.      Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu
c.       Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
d.      Pendengaran : menuru  karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril.
e.       Penglihatan : Baik, biasanya klien yang mengalami gangguan pendengaran, tidak berpengaruh terhadap penglihatannya.
f.       Kaji apakah klien mengalami vertigo
g.      Kaji nyeri : Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
7.      Pola Persepsi Dan Konsep Diri
a.       Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
b.      Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut
c.       Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
8.      Pola Peran Hubungan
a.       Tanyakan apa pekerjaan pasien
b.      Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll.
c.       Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
9.      Pola Seksualitas/Reproduksi
a.       Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
b.      Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause
c.       Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks
10.  Pola Koping-Toleransi Stres
a.       Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan diri )
b.      Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
11.  Pola Keyakinan-Nilai
a.       Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
g.      Pemeriksaan Fisik
1.       Tanda – tanda vital : ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
2.      Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
3.      Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
4.      Kaji kemungkinan tuli
5.      Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan system.

3.2  Asuhan Keperawatan berdasarkan NANDA, NOC dan NIC
NANDA
NIC
NOC
1. Nyeri akut
Definisi : Serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang di antisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan
Batasan karakteristik:
ü  peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
ü  Adanya laporan nyeri secara verbal dan non verbal
ü  Nafsu makan menurun
ü  Mual, muntah

· Tingkat kenyamanan
  Indikator:
ü  Melaporkan kondisi fisik yang membaik
ü  Melaporkan kondisi psikologis yang membaik
ü  Mengekspresikan kegembiraan terhadap lingkungan sekitar
ü  Mengekspresikan kepuasan dengan control nyeri
·Kontrol Nyeri
  Indikator:
ü  Mengenal factor penyebab
ü  Mengenal serangan nyeri
ü  Mengenal gejala nyeri
ü  Melaporkan control nyeri
·Tingkat Nyeri
  Indikator:
ü  Melaporkan nyeri
ü  Frekuensi nyeri
ü  Ekspresi wajah karena nyeri
ü  Perubahan tanda-tanda vital

· Manajemen nyeri
Aktivitas :
ü  Kaji tipe intensitas, karakteristik dan lokasi nyeri
ü  Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
ü  Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
ü  Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
ü  Ajarkan klien teknik relaksasai dan nafas dalam
ü  Anjurkan klien menggunakan mekanism koping yang baik disaat nyeri terjadi
ü  Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
ü  Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
ü  Hilangkan atau kurangi sumber nyeri
· Pemberian analgesik
ü  Berikan analgesik sesuai order dokter.
ü  Perhatikan resep obat, nama pasien, dosis dan rute pemberian secara benar sebelum pemberian obat.

2.Gangguan persepsi sensori - perseptual pendengaran
· Kompensasi Tingkah Laku Pendengaran
Indikator:
ü  Pantau gejala kerusakan pendengaran
ü  Menggunakan layananan pendukung untuk pendegaran yang lemah
ü  Menghilangkan gangguan
ü  Menggunakan bahasa isarat
ü  Membaca gerakan bibir
ü  Memperoleh alat bantu pendengaran
ü  Mengingatkan yang lain untuk menggunakan teknik yang menguntungkan pendengaran
ü  Memakai alat bantu pendengaran (misal, lampu pada telepon, alarm kebakarab, bel pintu, TDD
ü  Menggunakan alat bantu dengar dengan benar
·Gambaran tubuh
Indikator:
Gambaran internal
ü  Pribadi
ü  Sesuai antara kenyataan, ideal, dan perilaku tubuh
ü  Deskripsi pada bagian tubuh yang terkena dampak
ü  Menyesuaikan diri dengan berubahnya penampilan pisik
ü  Menyesuaikan diri dengan berubahnya fungsi tubuh
ü  Menyesuaikan diri dengan berubahnnya status kesehata
ü  Kesediaan untuk menggunakan strategi untuk meningkatkan penampilan dan fungsi tubuh

· Peningkatan Komunikasi: Defisit Pendengaran
Aktivitas:
ü  Janjikan untuk mempermudah pemeriksaan pendengaran sebagaimana mestinya
ü  Memfasilitasi penggunaan alat bantu sewajarnya
ü  Beritahu pasien bahwa suara akan terdengar berbeda dengan memakai alat bantu
ü  Jaga kebersihan alat bantu
ü  periksa secara rutin baterai alat bantu
ü  Mendengar dengan penuh perhatian
ü  Menahan diri dari berteriak pada pasien yang mengalami gangguan komunikasi
ü  Memfasilitasi lokasi penggunaan alat bantu
ü  Memfasilitasi letak telepon bagi gangguan pendengaran sebagaimana mestinya
·Pembentukan kognisi
Aktivitas:
ü  Bantu pasien untuk menerima kenyataan bahwa statemen diri berada di tengah-tengah timbulnya emosi
ü  Bantu pasien memahami akan ketidakmapuannya untuk menggapai perilaku yang diinginkan sering disebabkan oleh statemen diri yang tidak masuk akal
ü  Tunjukkan bentuk-bentuk kelainan fungsi berpikir (misal, pikiran yang bertentangan, terlalu banyak menggeneralisasi, penguatan, dan personalisasi)
ü  Bantu pasien mengenali emosi yang menyakitkan  yang ia rasakan
ü  Bantu pasien mengenal pemicu yang diterima (misal, situasi, kejadian, dan interaksi dengan orang lain) yang membuat stress
ü  Bantu pasien untuk mengenal interpretasi pribadi yang salah mengeni faktor pemicu yang diterima
ü  Bantu pasien untuk mengganti interpretasi yang salah dengan yang lebih realistis berdasarkan situasi yang membuat stres, kejadian, dan interaksi





BAB IV
PENUTUP
4.1  Simpulan
Otitis media akut (OMA) peradangan akut mukoperiosteum telinga tengah yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya OMA merupakan komplikasi dari infeksi saluran nafas atas.infeksi melalui tuba eustachii, selanjutnya masuk ke telingan tengah. Sebagian besar OMA terjadi pada anak, karena infeksi saluran nafas atas banyak pada anak, dan bentuk tuba eustachii pada anak lebih pendek, lebar, dan mendatar. Penatalaksanaan OMA pada prinsipnya adalah terapi medikamentosa yang diberikan tergantung dari stadium penyakitnya. Prinsipnya adalah pemberian antibiotika dan parasentesis untuk menghindari perforasi spontan.
4.2  Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca



DAFTAR PUSTAKA

Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC )  . Jakarta . EGC
NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC
Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC
Mansjoer,Arief,dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3: Jakarta, Mediaacs culapiu




Tidak ada komentar:

Posting Komentar